Jurnal Teologi El-Shadday
https://stt-elshadday.ac.id/e-journal/index.php/jte
<p>Jurnal Teologi El-Shadday dengan nomor ISSN <a href="http://u.lipi.go.id/1366785437" target="_blank">2338-1213</a> (print), ISSN <a href="http://u.lipi.go.id/1509529368" target="_blank">2599-0489</a> (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Elshadday Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Teologi Biblika.</p><p><strong>Jurnal Teologi El-Shadday</strong> menerima artikel dan resensi buku dari berbagai sub-disiplin ilmu Teologi dan Pendidikan Kristiani, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta. Artikel yang dikirimkan haruslah belum pernah atau tidak sedang dalam proses dimuat dalam jurnal lainnya. Artikel yang masuk harus sesuai dengan petunjuk penulisan atau format yang telah ditetapkan. Editor akan menolak artikel yang tidak memenuhi persyaratan tanpa proses lebih lanjut. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh <em>reviewer</em> melalui proses <em>blind-review</em>.</p>Sekolah Tinggi Teologi Elshadday Surakartaen-USJurnal Teologi El-Shadday2338-1213THE ESSENCE OF CHRISTIANITY (Death and Resurrection of Jesus Christ)
https://stt-elshadday.ac.id/e-journal/index.php/jte/article/view/17
<p><strong>Abstract</strong></p><p><em>Death and Resurrection of Jesus is central to Christianity. Imagine, without death and resurrection can not work out salvation. Because of Christ's death on the cross so that sin can be redeemed </em><em>and </em><em>believers receive salvation.</em></p><p><em>To be able to trust and believe in the death and resurrection of Jesus, the first person must realize that Jesus is both God and human. If he is not God, then Jesus could not rise and if not human Jesus could not die.</em></p><p><em>Faith in the existence of Jesus as God one hundred percent and human one hundred percent is what brings people actually trust the work of Jesus' death and resurrection. So it can be said the death and resurrection of Jesus is the “essence of all Christianity”.</em></p>Dolf Tiyono
Copyright (c) 2021 Jurnal Teologi El-Shadday
2021-06-152021-06-1572112LANDASAN TEOLOGIS PENDIDIKAN KRISTEN DAN RELEVANSINYA BAGI PENDIDIKAN KRISTEN MASA KINI
https://stt-elshadday.ac.id/e-journal/index.php/jte/article/view/14
<p>Pendidikan kristen menjadi hal yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Agar berhasil dan berdampak mengubah kehidupan, maka pendidikan Agama kristen harus dilandasi dengan dasar yang benar dan tepat yaitu Alkitab. Sebab itu, dasar teologis menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pendidikan kristen. Artikel dibawah ini akan memberikan landasan Teologis pendidikan Kristen yang dilihat dari 4 periode waktu yaitu Pertama, pada awal penciptaan,Kedua mulai dari terbentuknya bangsa israel sampai kejatuhan kerajaan yehuda dan pembuangan ke babel. Ketiga, Mulai dari setelah pembuangan di babel sampai permulaan gerakan kristen. Keempat, Pendidikan agama kristen masa perjanjian baru. Setelah mendapatkan dasar dan prinsip Teologis, maka tulisan ini akan memberikan relevansinya bagi pendidikan kristen masa kini dimana didalamnya banyak hal yang dapat dipelajari dan diterapkan. Akhirnya bila landasan teologis ini dipraktekkan, maka Pendidikan Agama Kristen akan berhasil dan memberikan perubahan yang luar biasa bagi pribadi maupun bangsa.</p><p><em>Kata kunci : Pendidikan Agama Kristen, Landasan Teologis, Relevansi, masa kini</em></p>Theodorus Miraji
Copyright (c) 2021 Jurnal Teologi El-Shadday
2021-06-152021-06-15721333PRINSIP-PRINSIP ALKITABIAH DALAM MENGHADAPI MASA SUKAR
https://stt-elshadday.ac.id/e-journal/index.php/jte/article/view/15
<p>There is no guarantee to be free from life hardship if someone become a believer of Jesus. Some bible figures experienced life pressure which not proportional with their good spiritual life. Like Job, Jeremiah, Daniel and his partners in Babel, Stephanus, Paul, and some of the apostle. And also faith figures that listed by the author of Hebrew in chapter 11. Christianity is formed by a lot of oppression, pandemic, and a lot of suffering. But history noted that oppression, pandemic, illness, and any kind of suffering cannot stop the development of Christianity.</p><p> Key Words: Covid-19, sovereignty of God, believe, winner</p><p> </p><p>Menjadi orang percaya Yesus bukanlah jaminan untuk bebas dari kesukaran hidup. Beberapa tokoh Alkitab mengalami penderitaan hidup yang tak berbanding lurus dengan kualitas kehidupan rohani mereka yang layak dicontoh. Sebutlah Ayub, Yeremia, Daniel dan rekan-rekannya di Babel, Stefanus, Paulus, dan sejumlah rasul. Ditambah lagi dengan tokoh-tokoh iman yang didaftar oleh penulis Ibrani dalam pasal 11 dan lain-lain. Kekristenan ditempa dengan berbagai aniaya, wabah dan kesulitan hidup. Namun sejarah mencatat bahwa aniaya, wabah, sakit penyakit dan berbagai penderitaan tidak dapat menghambat perkembangan kekristen.</p><p> </p><p>Kata Kunci: covid-19, kedaulatan Allah, percaya, pemenang</p>Hasanema Wau
Copyright (c) 2021 Jurnal Teologi El-Shadday
2021-06-152021-06-15723449ANALISIS PENGGUNAAN ISTILAH ROH KUDUS DALAM PERJANJIAN LAMA
https://stt-elshadday.ac.id/e-journal/index.php/jte/article/view/26
<p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p>Istilah Roh Kudus dalam Perjanjian Lama menunjukkan beberapa istilah yakni Roh Tuhan, Roh TUHAN, Roh Allah, Roh Kudus sebagai pribadi Ilahi yang hidup, memiliki pikiran perasaan dan kehendak. Roh Tuhan adalah pribadi yang setara dengan Bapa dan Yesus Kristus dalam Trinitas. Pribadi Roh Tuhan juga menjelaskan tentang sifat-sifat-Nya yang setara dengan Bapa dan Yesus Kristus yakni omni present (maha hadir), omni science (maha tahu) serta omni potence (maha kuasa). Sifat-sifat-Nya menunjukkan kekekalan-Nya dan kesetaraan Roh Kudus dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus. Karya Roh Tuhan dalam sepanjang Perjanjian Lama menunjukkan pribadi dan sifat-Nya yakni sebagai Pencipta, menyertai, memperlengkapi serta memberdayakan orang percaya dalam Perjanjian Lama. Kata kunci: Roh Kudus</p><p> </p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong><strong><em></em></strong></p><p align="center"><em>The term Holy Spirit in the Old Testament shows several terms, namely the Spirit of God, the Spirit of God, the Spirit of God, the Holy Spirit as a living divine person, having thoughts of feeling and will. The Spirit of God is an equal person with the Father and Jesus Christ in the Trinity. The personal Spirit of the Lord also explains His attributes which are equal to the Father and Jesus Christ, namely omni present (omnipresent), omni science (omniscient) and omni potence (almighty).</em><em> </em><em>His attributes show His eternity and the equality of the Holy Spirit with God the Father and Jesus Christ. The work of the Spirit of God throughout the Old Testament shows His personality and character as the Creator, accompanying, equipping and empowering believers in the Old Testament.</em><em> Keywords: Holy Spirit</em></p><p align="center"><strong> </strong></p><p> </p>Durman Sihombing
Copyright (c) 2021 Jurnal Teologi El-Shadday
2021-06-152021-06-15725069IMPLIKASI DARI ESKATOLOGI ALKITABIAH
https://stt-elshadday.ac.id/e-journal/index.php/jte/article/view/19
<p>Pada pasal ini, penulis akan membahas mengenai beberapa manfaat yang diperoleh dari pemahaman akan eskatologi yang baik. Hal ini diharapkan akan memicu banyak orang untuk semakin giat di dalam Tuhan. Di samping itu, perbedaan akan ajaran mengenai akhir zaman (eskatologi) di antara beberapa teolog dan seminari seharusnya tidak akan membuat gereja menjadi terpecah. Biarlah perbedaan itu menjadi sebuah kekayaan dan bukannya menjadi pertentangan. Dengan demikian pasal ini juga berisikan ajakan untuk tidak menempatkan perbedaan eskatologi sebagai yang utama tetapi biarlah kesatuan iman dalam Yesus Kristus boleh menjadi hal yang esensial. Persatuan inilah juga akan mendorong umat Tuhan untuk melaksanakan pelbagai misi yang Yesus Kristus telah amanatkan untuk umat-Nya di akhir zaman ini.</p><p>In this article, the author will discuss some of the benefits obtained from a good understanding of eschatology. Hopefully this will trigger many people to be more active in God. Besides, differences in the teachings of the last days (eschatology) between some theologians and seminaries should not divide the church. Let the differences become a wealth and not a conflict. Thus, this chapter also contains an invitation not to put eschatological differences as the main one, but let the unity of faith in Jesus Christ be essential. This unity will also encourage God's people to carry out the various missions that Jesus Christ has mandated for His people in this last age.</p>Elizabet Sulastri
Copyright (c) 2021 Jurnal Teologi El-Shadday
2021-06-152021-06-15727084